Negara Jepang mencatat pertumbuhan mencengangkan dalam hal "penyakit" baru yakni teknoholisme alias keranjingan teknologi. Sebuah kosa kata baru rupanya, terutama untuk menunjuk jenis kebiasaan baru yang kini melanda banyak orang Jepang: menghabiskan waktu berjam-jam dalam sehari untuk menjelajahi internet. Ada yang sepulang kerja langsung nongkrong di depan komoputer hingga dini hari, tak sedikit pula yang sampai pagi.
Akibatnya angka membolos atau terlambat masuk kerja, izin dan pengajuan cuti diantara para pegawai, naik drastis. Disiplin terancam, produktivitas teredam, dan pada akhirnya, pertumbuhan ekonomi mengkhawatirkan. Belum lagi kontak personal makin lama makin tipis, karena orang tak lagi akrab dengan lingkungan sekitarnya. Orang merasa lebih mampu berkomunikasi dalam cyberspace. Kontak dengan sesama pengguna internet di seluruh dunia, bagi mereka yang tengah keranjingan teknologi ini, lebih mengasyikkan ketimbang pergaulan fisik dan kontak muka.
Semua Gara-gara Internet.
Melihat ini semua, tokoh dan pemikir yang mulai resah atas gejala yang disebut cyberjunkies ini pun bersahutan berseru.
"Kembalikan kontak Anda kepada lingkungan dan keluarga. Watak soliter dan kecendrungan individual bukanlah watak bangsa!"
Tapi, kalau lingkungan dan keluarga memungkinkan seseorang untuk berakrab-akrab dengan yang lain, mengapa makin banyak orang yang memisahkan diri dari lingkungannya dan sibuk menjelajahi internet? Jangan-jangan ada kesalahan dalam pola pergaulan dan kekerabatan masyarakat modern ini.***
Pujianto adalah seorang mahasiswa tingkat akhir pada Universitas Borobudur, Jakarta. Suka menulis dan membuat artikel. Walaupun kerja sambil kuliah, Pujianto aktif di berbagai organisasi internasional yang ada di Jakarta.
Akibatnya angka membolos atau terlambat masuk kerja, izin dan pengajuan cuti diantara para pegawai, naik drastis. Disiplin terancam, produktivitas teredam, dan pada akhirnya, pertumbuhan ekonomi mengkhawatirkan. Belum lagi kontak personal makin lama makin tipis, karena orang tak lagi akrab dengan lingkungan sekitarnya. Orang merasa lebih mampu berkomunikasi dalam cyberspace. Kontak dengan sesama pengguna internet di seluruh dunia, bagi mereka yang tengah keranjingan teknologi ini, lebih mengasyikkan ketimbang pergaulan fisik dan kontak muka.
Semua Gara-gara Internet.
Melihat ini semua, tokoh dan pemikir yang mulai resah atas gejala yang disebut cyberjunkies ini pun bersahutan berseru.
"Kembalikan kontak Anda kepada lingkungan dan keluarga. Watak soliter dan kecendrungan individual bukanlah watak bangsa!"
Tapi, kalau lingkungan dan keluarga memungkinkan seseorang untuk berakrab-akrab dengan yang lain, mengapa makin banyak orang yang memisahkan diri dari lingkungannya dan sibuk menjelajahi internet? Jangan-jangan ada kesalahan dalam pola pergaulan dan kekerabatan masyarakat modern ini.***
Pujianto adalah seorang mahasiswa tingkat akhir pada Universitas Borobudur, Jakarta. Suka menulis dan membuat artikel. Walaupun kerja sambil kuliah, Pujianto aktif di berbagai organisasi internasional yang ada di Jakarta.
source: http://news.indexarticles.com/2010/01/teknoholisme-penyakit-yang-melanda.html
5 komentar:
info yang luar biasa, menarik sekali dan bermanfaat nih
di tunggu info selanjutnya gan
terimakasih
bagus sekali info nya gan
sangat menarik dan manfaat
ditunggu info nya gan
ijin nyimak artikelnya gan
terimakasih atas informasinya
di tunggu informasi selanjutnya
terimakasih info yang di muat sangat bagus sekali
ditunggu update nya
kecanduan internet itu tidak baik
Posting Komentar
1. Tuliskan komentar anda.
2. Pada "Beri komentar sebagai", pilih jenis ID profil.
3. Bila anda tidak memiliki ID jenis apapun, silahkan klik "Name/URL, lalu tulis nama anda dan klik lanjutkan.
(URL tidak perlu diisi)
4. Terimakasih.